Tuesday 15 November 2011

Kisah 'Raja Komodo' dari Amerika Serikat

VIVAnews -- "'Raja Komodo' itu telah pergi." Demikian kalimat yang keluar dari bibir Direktur Kebun Binatang Cincinnati, Thane Maynard, saat mendeskripsikan dedikasi salah satu pekerjanya, Johnny Arnett, yang selama 40 tahun mengabdi. 

Mengapa Komodo? Arnett punya reputasi mendunia dalam keberhasilannya dalam mempelajari, merawat, dan mengembangbiakkan Komodo, hewan langka asli Indonesia.

Berkali-kali lolos dari serangan Komodo yang bisa saja menelannya, ia menjalani hidup dengan perjalanan dan petualangan luar biasa bersama 'dinosaurus terakhir di muka Bumi' itu. 

Istrinya, Tami Arnett, mengatakan bahwa warisan suaminya adalah, semangat untuk membuat binatang tetap berada di habitatnya dan jika tak mampu hidup di habitat aslinya, cara untuk menyelamatkan mereka adalah di dalam kebun binatang, sehingga mereka tetap panjang umur dan bisa dilihat banyak orang.

Sebelum menjadi petugas kebun binatang, Arnett menjalani kehidupan yang sulit. Lahir pada 6 Juni 1945 di sebuah kawasan bernama Jellico, ia adalah satu dari sembilan anak. Ibu yang tak mampu menghidupinya menitipkannya dan beberapa anak lainnya ke panti asuhan. Sedangkan ayahnya, tak pernah terlihat. 

Hidupnya yang serba tak menentu menuntunnya ke 'hubungan percintaan jangka panjang' dengan hewan reptil. "Ia tak punya tujuan hidup di usia 19 tahun, sampai program Youth Corps pemerintah federal mempekerjakannya di kebun binatang Cincinnati," demikian dimuat dalam artikel People Magazine pada tahun 1944. 

Singkat cerita, Arnett mendapat pekerjaan yang tak semua orang mau melakukannya: mengurus reptil. 

"Saya takut setengah mati," kata Arnett, dalam artikel tersebut. "Tapi aku dibayar lebih banyak untuk itu." Apalagi, saat itu dia mulai berpacaran dengan gadis. Acara kencan tentu saja tak gratis. 

Sejak saat itu, ia rajin mempelajari herpetologi, ilmu tentang reptil. "Ia menemukan ternyata reptil sangat menyenangkan. Ada banyak varietas, dan kebanyakan orang salah sangka dengan binatang itu," kata istrinya. 

Ia menjadi haus pengetahuan soal reptil. Arnett pun mulai membantu penulisan artikel, juga menjadi asisten penelitian tentang reptil. Ia menenggelamkan diri dalam segala sesuatu tentang reptil. 

Pada 1990, Presiden George H.W Bush memberikan sepasang Komodo ke kebun binatang Cincinnati. Arnett lantas mulai bekerja mengembangbiakkan Varanus komodoensis. Ia pergi ke habitat asli Komodo, ke Indonesia, dan berdiskusi dengan ahli agar programnya berhasil. 

Tentu saja itu bukan hal mudah, Komodo betina terkenal jual mahal. Menolak jantan yang tak ia sukai. 

Pada 1994, usaha Arnett membuahkan hasil. Kebun binatang Cincinnati adalah satu dari empat kebun binatang di dunia yang sukses mengembangbiakkan Komodo kala itu. Kebun binatang itu bahkan memecahkan rekor kelahiran terbanyak bayi Komodo: 48 ekor. 

Pada 1997, Arnett kembali ke Indonesia, membantu peneliti Texas mengumpulkan liur Komodo untuk riset kesehatan. Perjalanannya direkam dalam film dokumenter "Komodo: To Capture A Dragon," di Animal Planet. Setahun kemudian, pada 1998, ia membantu penyelenggaraan konferensi Komodo di Thoiry, Prancis. 

Setelah beberapa tahun pensiun, Arnett meninggal dunia akibat penyakit diabetes berkepanjangan. Ia wafat 6 November 2011 lalu di Good Samaritan Hospital. Dalam usia 66 tahun. (sumber: Cincinnati.com)



Semoga Bermanfaat ^_^
__________________________________________________________
Sebagai sesama blogger, maka marilah kita saling menghormati satu sama lain
karena kita adalah seorang manusia yang tentunya memiliki kekurangan.
Jika anda merasa artikel dari saya bermanfaat silahkan berkunjung kembali
__________________________________________________________