Tuesday 22 November 2011

Mesir Bergolak, Paramedis Kehabisan Peti Mati

Bentrokan terus terjadi antara pasukan keamanan dan warga di Kairo, Mesir. Korban tewas sedikitnya 33 orang, ribuan lainnya terluka. Paramedis kini disulitkan oleh kurangnya jumlah peti mati yang tersedia bagi para korban.

Dilansir dari laman Telegraph, Senin 21 November 2011, pengumuman habisnya peti mati tersebut terpampang di sebuah kamar mayat dadakan yang didirikan menggunakan tenda di Tahrir Square. Sementara itu, kekerasan tidak kunjung berhenti, malah semakin meningkat.

Para pemuda Kairo tidak takut mati. Mereka menuliskan nama orangtua dan alamat mereka di secarik kertas yang diikatkan di lengan. Jadi jika mereka tewas terbunuh, tim medis tahu kemana jasad mereka akan dipulangkan. Demonstran juga semakin beragam, tua-muda, pria-wanita, agamis-sekuler, maupun pekerja amatir dan profesional.

"Jika kita tetap di Tahrir, jika kita menolak untuk pergi, seberapa pun korban luka dan tewas, jika kita berani, maka yang lainnya akan melihat dan bergabung," kata Farida Bekhit, 23, yang berdemo bersama ayahnya, Medhat, 61.

Demonstrasi menuntut diakhirinya pemerintahan militer Mesir dan dipercepatnya pemilu. Ribuan orang berkumpul sembari meneriakkan yel-yel menuntut diakhirinya pendudukan militer di Tahrir Square yang menjadi basis gerakan anti pemerintah. 

"Sedih rasanya melihat pihak militer tidak juga mengerti bahwa rakyat sudah muak dengan mereka. Yang rakyat butuhkan sekarang adalah demokrasi," keluh Khaled Diab, seorang wartawan yang turut menduduki Tahrir Square, seperti dikutip dari Jerusalem Post.

Polisi berdalih tindakan kekerasan yang mereka lakukan hanya untuk melindungi aset pemerintah. Namun, para demonstran mengatakan, banyaknya korban tewas dikarenakan terjangan peluru tajam aparat. 

Beberapa demonstran mengalami gangguan pernafasan akibat menghisap gas air mata. Serangan militer dibalas oleh lemparan batu dan kayu dari demonstran. Mereka juga membuat barikade. Tidak ada yang selamat dari serangan militer, bahkan petugas medis juga kena getahnya.

Menurut seorang saksi mata, tiga dokter dilaporkan ditembak peluru karet, kendati mereka telah memperkenalkan diri sebagai tim medis. Kartu tanda pengenal tidak mempan, mereka tetap dipukuli dengan tongkat, dan diseret menjauh. Sejak itu mereka tidak terlihat lagi.

Lebih dari 1.500 orang terluka dalam kekerasan yang terjadi di Mesir pada tiga hari terakhir. Tim-tim medis berdatangan dan mendirikan rumah sakit sederhana. Beberapa kali tenda mereka digulung aparat, namun mereka dirikan kembali setelah militer mundur. (umi)

sumber