Tuesday 28 February 2012

Hewan Laut Musnah Tiap 60 Juta Tahun Sekali

Pulang sekolah emang enaknya langsung baca berita Vivanews, eh tapi sebelum itu ganti pakaian dulu dan lagsung Buka laptop search www.vivanews.com. Baiklah pada postingan kali ini saya akan share sebuah info yang menyedihkan bahwa populasi hewan laut telah musnah setiap 60 juta tahun sekali. Anda mungkin punya keinginan atau cita-cita menjadi seorang pelindung alam berserta isinya dan inilah saatnya untuk mulai merawat alam kita dari gangguan dan kerusakan yang disebabkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Baiklah bagi anda yang ingin membaca berita lengkapnya, silahkan:


Menurut peneliti, sebuah siklus kemunculan dan kemusnahan biodiversitas spesies laut yang tak bisa dijelaskan selama 500 juta tahun terakhir kemungkinan ada kaitannya dengan kenaikan lempeng benua di Bumi, secara periodik.

Dalam studi, peneliti menemukan peningkatan jumlah isotop strontium-87 secara periodik di fosil-fosil hewan laut. Adapun waktu peningkatan jumlah isotop ini sesuai dengan titik terendah dari jumlah biodiversitas hewan laut yang diketahui sebelumnya terjadi sekitar 60 juta tahun sekali.

�Strontium-87 diproduksi oleh kerusakan radioaktif elemen lain, yakni rubidium, yang umum tersedia pada bebatuan berapi di lempeng benua,� kata Adrian Melott, Professor of Physics and Astronomy, University of Kansas, Amerika Serikat, dikutip dari Daily Mail, 27 Februari 2012.

University of Kansas, Amerika Serikat, dikutip dari Daily Mail, 27 Februari 2012.

Tampaknya, kata Melott, peningkatan jumlah Sr-87 secara periodik dengan kemusnahan massal secara periodik ada hubungannya. Sebuah peningkatan di lempeng benua kemungkinan merupakan penyebab munculnya fenomena tersebut.

Kenaikan lempeng benua yang diindikasikan oleh data strontium ini juga menyebabkan berkurangnya kedalaman laut dan juga cekungan benua  di mana sebagian besar hewan laut tinggal. 

Hilangnya habitat akibat laut yang mendangkal, kata Melott, bisa jadi penyebab lain kemusnahan masal secara periodik dan penurunan secara periodik dari keanekaragaman fosil laut yang ditemukan.

�Apa yang kita lihat ini bisa jadi merupakan bukti bahwa fenomena�denyut bumi� itu ada,� kata Melott. �Akibat dari konveksi yang terjadi jauh di dalam bumi ini adalah denyutan berirama, yang mendorong lempeng benua naik dan turun,� ucapnya.

Data yang didapat Melott dan rekannya sendiri mengindikasikan bahwa denyut Bumi itu mempengaruhi benua Amerika Utara. Fenomena yang serupa juga kemungkinan terjadi di benua-benua lain, tetapi harus ada penelitian lebih lanjut untuk membuktikan hal tersebut. Adapun penelitian yang kali ini diungkapkan oleh Melott dipublikasikan di The Journal of Geology.